Sekertariat

JL. Raya Sruwen Karanggede 14 KM Gentan Susukan Semarang Jawa Tengah 50777 cp : 085853644336

Rabu, 12 Februari 2014

Ada Apa dengan Uang Kaget??




Pasti sobat udah pada ngeliat tayangan variety show yang bertajuk ?Uang Kaget?. Acara yang dipandegani Helmi yahya dan production housenya yang bernama Triwarsana hadir di RCTI. Sebelumnya lewat PH yang sama Hemi Yahya juga bikin variety show maupun reality show. Sebut saja ada ?Play Boy Kabel?, trus ada ?Bedah Rumah?, kemudian ?Toloong?.

Dalam membikin sebuah tayangan seorang producer macam Helmi Yahya tentu punya maksud dan tujuan. Seperti yang pernah disampaikan Helmi di saat ?Kuis Siapa Berani? dibikin dengan maksud didedikasikan untuk mengajari displin, sportif. Kita bisa liat desain acaranya yang dibikin sedemikian rupa peserta yang jumlahnya 100 di tiap tampilan, sedang acaranya digelar selama 5 hari dalam seminggu. Artinya, selama seminggu ada 500 orang, sebulan ada 2000 orang yang terbentuk disiplinnya melalui acara kuis tersebut.

Dengan maksud yang begituan, mungkin orang jadi ngasih acungan jempol buat acara tesebut. Dan juga acara bikinan Triwarsana yang lain, termasuk salah satunya ?Uang Kaget (UK)?. Nggak perlu dijelasin apa kandungan maksud acara itu, orang udah bisa menangkap bahwa acara itu menonjolkan sisi human interest. Di kala orang susah nyari sekeping rupiah untuk bertahan hidup, bagaimana jika datang orang yang tak dikenal tiba-tiba ngasih segepok uang bernilai 10 juta rupiah, begitulah kira-kira, kesan yang bisa ditangkap dari UK.

Butuh Cara & Wadah Yang Tepat
Prend, untuk sampai kepada kepada sebuah tujuan, kita perlu menempuh sebuah perjalanan atau proses, bukan? Misalkan, kita mau pergi ke Jakarta tentu harus melampaui perjalanan yang bisa kita lakuin dengan cara naik pesawat, kereta api, bis malam atau bahkan naik sepeda motor.

Nah, gambaran itu ada pada acara UK. Dari segi tujuan, maksudnya memanjakan orang yang tidak berkecukupan untuk membelanjakan uang 10 juta rupiah sesuka hatinya. But, sebagus apapun tujuan, tetap butuh cara atau proses yang baik pula. Contohnya kalo kita mau menolong orang yang nggak bisa makan, dengan jalan mencuri dulu makanan yang kita mo kasihkan. Khan berabe?
Kita bisa liat, dalam setiap episode UK, si orang miskin yang didatangi ?Mr. Kaget? hanya dikasih waktu 1 jam untuk menghabiskan uang tersebut. Hasilnya? Orang miskin yang sebelumnya hanya bermimpi-mimpi untuk bisa beli barang mewah, demi mengejar target si pemberi uang, dann? kita bisa saksikan, apa yang dibeli? Barang-barang yang mustinya nggak dibeli dan tentu aja kagak ada manfaat yang signifikan, jadi kebeli. Seorang pemulung misalnya, yang rumahnya beratap kardus, terpaksa beli handphone, kulkas, rice cooker dan barang mewah lainnya.

Sobat, sebagus apapun jenis bibit padi yang kita mau tanam, tetap akan membutuhkan lahan sebagai mediator tumbuh yang baik. Selincah apapun seorang Valentino Rossi, pasti akan butuh kendaraan semacam Honda yang bernomor 46 yang selalu ditumpanginya. Begitupun acara variety show macam UK, dari sisi tujuan atau maksudnya, bisa dikasih acungan jempol. Tapi sangat disayangkan, jika acara macam gituan tetap digelar di tengah suasana kehidupan seperti saat sekarang ini. Ketika orang membanggakan materialisme, menjunjung tinggi sekularisme dan mengagungkan kapitalisme.

Sudah barang pasti, acara UK yang dibikin hanya untuk mengejar target dari sponsor, memiliki dampak yang nggak baik pula. Salah satunya mendorong kita untuk hidup konsumtif atau suka habisin uang tanpa pernah mau tahu manfaat barang yang dibeli. Dengan sikap hidup konsumtif, orang akan tertutupi untuk kreatif, sebab menurutnya semua barang bisa dibeli dengan uang, nggak perlu repot.

Selain konsumtif, acara gituan juga bikin kita jadi manusia instant. Bayangin, mungkin hanya dengan berharap, berdoa sambil tangan menengadah, tiba-tiba dengan tanpa diduga dan dinyana dapatlah uang. Maka, jangan heran kalo acara macam UK menjamur, makin banyak orang malas, makin banyak orang punya sifat tuulun amal alias panjang angan-angan.

Akibat buruk yang lain dari acara UK adalah mendorong kita punya pikiran tentang prestise alias harga diri yang diukur dengan banyaknya harta atau karena kita punya banyak barang mewah. Hingga akhirnya kita ngerasa kudu tampil borju meskipun itu bikin malu, kita merasa musti tampil perlente padahal nyatanya kita orang kere. Kaciahan deh loe?!

Gimana Dengan Islam?
Ok, sebuah pertanyaan yang bagus. Emang sebagai orang Islam kita kudu mengukur perilaku kita dengan cara Islam. Dalam Islam seseorang diperintahkan untuk bekerja, sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, sebagaimana firman-Nya:
?Dialah yang telah menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya?? (QS. Al Mulk 15).
?..bekerjalah kamu, maka Allah, Rasul dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu?? (QS At-Taubah 105)

Dengan dorongan takwanya, orang akan bekerja dengan Ikhlas tanpa nungguin ada orang yang tiba-tiba ngasih uang. Dengan bekerja pula orang jadi ngerti hukum sebab akibat dari datangnya rezeki. Sumber datangnya rezeki cuman satu yakni Allah SWT, seorang muslim tidak akan berdoa terus sebagai bentuk tawakalnya mencari rezeki.

Setelah kita bekerja, maka ada harta yang wajib dikeluarkan zakatnya seperti hasil pertanian, perkebunan atau perhiasan. Atau kalo tidak zakat, kita bisa mensedekahkan sebagian harta dalam bentuk infak atau sodaqoh. Tapi tetap kesemuanya dilakuin dalam rangka mencari keridloaan Allah, bukan karena mencari pujian, atau karena ditayangin di teve.

Dengan zakat, infaq atau sodaqoh akan sediki membantu beban saudara kita yang nggak berkesempatan memiliki nasib seuntung kita. Sehingga jurang kaya-miskin jadi terhapus, jika kita semua mau menerapkan itu.

Lebih-lebih kalo negara mau ikut campur dalam urusan ini. Sebab di negara kapitalis seperti ini, mana ada pejabat, penguasa, birokrat yang care dengan nasib rakyat miskin, terus kemudian turun ke jalan mengentaskan mereka dari kemiskinan. Para pejabat kita malah sibuk memperkaya diri mereka sendiri. Pemandangan seperti itu nggak ada ketika Islam diterapin sebagai sebuah sistem bernegara. Contohnya, Khalifah Umar misalnya, pernah menyita seekor unta gemuk, milik anaknya Abdullah bin Umar, karena digembalakan bersama unta-unta lain di padang rumput miliki Baitul Mal. Demikian pula Khalifah Umar bin Abdul Aziz, demi menjaga agar tidak tercium bau secara hak, menutupi hidungnya saat membagi minyak kesturi kepada kaum muslimin.

Potret kesederhanaan para penguasa Islam seharusnya menjadi cermin bagi para penguasa sekarang yang cenderung memperkaya dirinya di saat menjabat. Seperti Umar bin Abdul Aziz misalnya, beliau melepaskan haknya atas seluruh kekayaannya, dijual dengan harga 23.000 dinar, kemudian diserahkan kepada Baitul Mal.
Walhasil, acara UK sebenarnya nggak perlu muncul, kalo kita semua terutama yang berharta lebih, mau kembali menerapkan syariat Islam soal zakat, infaq atau sodaqoh. Juga negara ikut mensejahterakan rakyatnya dengan sistem Islam. Sebab acara UK hanya muncul di negara kapitalis macam Indonesia, ketika semua orang mendewakan materialisme, ketika semua orang ingin hidup instant dan ketika semua orang nggak mau menerapkan syariat Islam./luky/
Wallahu alam.

0 komentar:

Posting Komentar